Perkembangan
Pencak Silat di Jepang
|
MP Jepang : Ki-Ka Mas Dicky Arisalfa, Mas Danardono
Antono, Mas Ipung, Mas Berin Lee, Mas Nathaniel York
|
Seni beladiri telah menjadi
bagian hidup yang tak terpisahkan, sangat melekat, sehingga semua tutur kata
dan tindakannya, menggambarkan ajaran filosofis dunia perguruan beladiri yang
mengedepankan kesatriaan, kejujuran, kesederhanaan dan kekompakan.
Ia adalah aset bangsa yang bisa dijadikan ikon diplomasi informal. Dengan aktifitasnya, ia membantu mempopulerkan Indonesia yang pada akhirnya memberi kontribusi positif terhadap persahabatan nyata dengan masyarakat Jepang. Tanpa disadari, jalur informal yang ia sumbangkan telah membentuk kesan yang sangat baik tentang Indonesia bagi masyarakat Jepang.
Tiba di Jepang sekitar 15 tahun lalu, ia mulai aktif di Japsa menjadi silat yang kala itu dirintis oleh Both Sudargo, aktifis seni bela diri yang sedang ditugaskan sebagai Atase Perhubungan di Kedutaan Besar RI di Tokyo. Bersama-sama dengan rekannya, Mas Soesilo, yang memiliki latar belakang aliran Perisai Diri, Mas Ipung terus menghidupkan beladiri silat warisan nenek moyang Indonesia tersebut.
Perjalanan yang sangat panjang, pasang surut dengan segala permasalahan dan keterbatasannya, ia tetap tegar menjalaninya. Setiap hari Kamis ia melatih di perguruan silat yang tergabung dalam Japsa dan pada Jumat, ia melatih murid-murid yang memiliki kecenderungan dengan Merpati Putih, seni beladiri yang menekankan
kepada kekuatan tenaga dalam melalui olah pernafasan yang khas. Semuanya dilakukan di Balai Indonesia, Tokyo dan muridnya sangat bervariasi, masyarakat Jepang, Indonesia bahkan dari Amerika dan
Irlandia juga giat berlatih teknik-teknik tenaga dalam.
Sebelum menetap di Tokyo, Mas Ipung telah melanglang buana ke berbagai negara seperti Caledonia, Perancis, Malaysia dll. Ia juga sempat menjadi pelatih di Kopasus (Komando Pasukan Khusus) TNI. Baginya, membagi ilmu adalah suatu kewajiban, karena ilmu yang bermanfaat ia yakini memberikan efek positif terhadap orang yang memberikannya.
llmu Merpati Putih diwariskan secara turun-temurun pada masa Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat\ Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro di lingkungan keluarga. Latar belakang didirikannya PPS Betako Merpati Putih adalah hasil pengamatan Sang Guru, Saring Hadi Poernomo pada awal tahun 1960-an yang prihatin terhadap perkembangan kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak membentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah milik bangsa Indonesia, oleh karena itu setiap warga negara Indonesia mempunyai tanggung jawab, hak, dan
kewajiban yang sama dalam melestarikan kehidupan bangsa dan mencapai tujuan negara. Seni budaya Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.
Atas dasar hal tersebut tergerak hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada nusa, bangsa, dan negara. Sumbangsih beliau hanya didasari keyakinan bahwa “sikap dan perbuatan sekecil apapun, apabila dilandasi oleh itikad baik pasti akan ada hasilnya”. Keyakinan tersebut hingga kini menjadi semboyan perguruan yaitu: SUMBANGSIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA
Ia adalah aset bangsa yang bisa dijadikan ikon diplomasi informal. Dengan aktifitasnya, ia membantu mempopulerkan Indonesia yang pada akhirnya memberi kontribusi positif terhadap persahabatan nyata dengan masyarakat Jepang. Tanpa disadari, jalur informal yang ia sumbangkan telah membentuk kesan yang sangat baik tentang Indonesia bagi masyarakat Jepang.
Tiba di Jepang sekitar 15 tahun lalu, ia mulai aktif di Japsa menjadi silat yang kala itu dirintis oleh Both Sudargo, aktifis seni bela diri yang sedang ditugaskan sebagai Atase Perhubungan di Kedutaan Besar RI di Tokyo. Bersama-sama dengan rekannya, Mas Soesilo, yang memiliki latar belakang aliran Perisai Diri, Mas Ipung terus menghidupkan beladiri silat warisan nenek moyang Indonesia tersebut.
Perjalanan yang sangat panjang, pasang surut dengan segala permasalahan dan keterbatasannya, ia tetap tegar menjalaninya. Setiap hari Kamis ia melatih di perguruan silat yang tergabung dalam Japsa dan pada Jumat, ia melatih murid-murid yang memiliki kecenderungan dengan Merpati Putih, seni beladiri yang menekankan
kepada kekuatan tenaga dalam melalui olah pernafasan yang khas. Semuanya dilakukan di Balai Indonesia, Tokyo dan muridnya sangat bervariasi, masyarakat Jepang, Indonesia bahkan dari Amerika dan
Irlandia juga giat berlatih teknik-teknik tenaga dalam.
Sebelum menetap di Tokyo, Mas Ipung telah melanglang buana ke berbagai negara seperti Caledonia, Perancis, Malaysia dll. Ia juga sempat menjadi pelatih di Kopasus (Komando Pasukan Khusus) TNI. Baginya, membagi ilmu adalah suatu kewajiban, karena ilmu yang bermanfaat ia yakini memberikan efek positif terhadap orang yang memberikannya.
llmu Merpati Putih diwariskan secara turun-temurun pada masa Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat\ Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro di lingkungan keluarga. Latar belakang didirikannya PPS Betako Merpati Putih adalah hasil pengamatan Sang Guru, Saring Hadi Poernomo pada awal tahun 1960-an yang prihatin terhadap perkembangan kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak membentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah milik bangsa Indonesia, oleh karena itu setiap warga negara Indonesia mempunyai tanggung jawab, hak, dan
kewajiban yang sama dalam melestarikan kehidupan bangsa dan mencapai tujuan negara. Seni budaya Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.
Atas dasar hal tersebut tergerak hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada nusa, bangsa, dan negara. Sumbangsih beliau hanya didasari keyakinan bahwa “sikap dan perbuatan sekecil apapun, apabila dilandasi oleh itikad baik pasti akan ada hasilnya”. Keyakinan tersebut hingga kini menjadi semboyan perguruan yaitu: SUMBANGSIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar